Friday, April 20, 2018

Stanza, kamu .....

Angin,
adalah senyawa tak berupa
adalah tidak berbentuk
adalah inkonsistensi
adalah ketidak pastian
adalah sirna.

Sirna,
adalah padanan
adalah gradasi
adalah siluet
adalah hilang perlahan-lahan
adalah abu

Abu,
adalah penghabisan, dari belukar atau kayu yang dibakar,
adalah kekalahan mutlak yang tak lagi bisa menemukan bentuk
adalah kamu, yang akan perlahan-lahan hilang dari aku
jika terus – menerus kau hadapkan aku pada ketidakpastian.

Kepada mu Peremuan Ku


Sungguh

hitam menjejakan kaki di setiap waktu dan jalan dan aku takut

ketakutan tak kunjung usai,
engkau yang dianugrahi jemari kelembutan, tolong aku batin dan jiwaku
setidaknya berjalanlah di sampingku

Sungguh
resah berkecamuk, menarik napas tertunduk
menggigil gejolak beribu dendam.
engkau yang dianugrahi syahdu cahaya berjuta, selimuti aku sukma dan ragaku
jika bukan perapian setidaknya genggam jemariku.

Kepada laut biru tempat segala pencarian berkahir berbaur
setelah lelah mengarungi berkelok - kelok urat jaman menjadi renta
menyeret gejolak semangat mengalir berlari, akhirnya terkalahkan waktu sang pencuri ...

Kepadamu perempuan ku
yang telah mewarnai ruang paling pribadi bernama " lamunan "
yang telah mengikat dengan penuh nikmat,
Tempat embun pagi,hujan,bintang jatuh,daun kering dan  jiwaku menjalani takdir
engkau perempuan bunda pertiwi tempat segala jiwa akhirnya bersemayam
dimana seribu bunga tumbuh dari napas kasih sayangmu.

Kepadamu perempuanku .... Cintaku ......

Sudah sayang ...... kamu adalah peraduan